Sabtu, 02 Juli 2011

Mentahnik Bayi dan Mendoakannya

Sesungguhnya yang dimaksudkan di sini adalah tuntunan yang disyariatkan oleh Allah melalui petunjuk Nabi dan Rasul-Nya tentang mentahnik bayi yang baru lahir dengan menyuapinya sedikit kurma yang sudah dikunyah dan dibasahi. Barangkali perlakuan ini selain dianggap sebagai tuntunan yang dianjurkan, juga akan menyenangkan bayi karena perhatian yang diberikan kepadanya, terlebih lagi buah kurma yang diberikan kepadanya dikunyahkan terlebih dahulu, sehingga meningkatkan kadar gula yang disukai olehnya. Dalam tuntunan ini terkandung pengertian melatih sang bayi agar nanti terbiasa mengonsumsi makanan barunya yang pada mulanya hanya bisa ia sedot dengan mulutnya.

Diriwayatkan dari Aisyah ra bahwa Nabi Saw sering menerima bayi yang didatangkan kepada beliau, lalu beliau mendoakan keberkatan untuknya dan juga mentahniknya. (HR Imam Muslim, Kitabul Adab, hadis nomor 4000).


Dalam kitab Shahihain disebutkan bahwa Asma' ra datang dengan membawa bayinya yang baru lahir. Asma' melanjutkan kisahnya: "Nabi Saw mentahniknya dengan buah kurma, kemudian mendoakan keberkatan buat bayinya." Dalam hadis ini terkandung keterangan yang menganjurkan untuk membawa bayi yang baru lahir kepada orang-orang yang saleh agar memperoleh berkah dari doa mereka.

Dalam kitab Shahihain disebutkan pula sebuah riwayat melalui Anas ra yang telah mengatakan: "Ummu Sulaim melahirkan seorang bayi laki-laki, lalu dia menyerahkannya kepadaku untuk dibawa kepada Nabi Saw. Sebelum berangkat, terlebih dahulu aku mengambil buah kurma, lalu membawanya kepada Rasulullah Saw yang saat itu mengenakan bayu 'ayaba. Beliau bertanya: "Apakah kamu membawa kurma?" Aku menjawab: "Ya!" Selanjutnya, mengambil beberapa butir kurma dan mengunyahnya dengan mulutnya dan membasahinya dengan ludah, lalu membuka mulut si bayi dan menyuapkan buah kurma itu ke mulutnya. Ternyata bayi itu menghisapinya dengan senang, sehingga Rasulullah Saw bersabda: "Kesukaan orang-orang Anshar adalah buah kurma." Usai mentahniknya Nabi Saw memberinya nama Abdullah dan setelah anak itu tumbuh menjadi besar ternyata tiada seorang pemuda pun di kalangan Anshar yang lebih baik daripadanya.

Tahnik ialah mengunyah sesuatu, kemudian memasukkannya ke dalam mulut bayi sembari mengurut langit-langitnya dengan lembut agar  bayi terlatih untuk mengonsumsi makanannya sehingga akan tumbuh menjadi kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar